Yth tuan Presiden
Berpuluh tahun kami hidup bersama debu setebal awan di puncak himalaya
di atap genteng rumah kami pun penuh debu bagai erupsi gunung tambora yang meletus dua ratusan tahun lalu
tembok – tembok rumah kami pun penuh warna putih ke abu – abuan yang makin hari makin tebal
jalan raya penuh lubang bagai kubangan kerbau di setiap jengkalnya
pohon – pohon tumbuh di sepanjang jalan tak lagi hijau seperti kodratnya
daunya memutih seperti saat musim salju di kutub artatika
Mungkin karena ini juga anak2 kami tak berprestasi dan tak mampu bersaing dgn sekolah internasional
Tak terhitung berapa jumlah anak2 dan generasi terkena penyakit ISPA dan mati muda karena menghirup debu tambang dan asap tronton yang tak ada jeda di sepanjang jalan ini
Dan perlu kami kabarkan lagi pada Tuan Presiden
Setiap waktu kami sering menyaksikan sahabat dan adik kecil kami mati sia – sia terlindas ban tronton
Tuan Presiden
Boleh kami sedikit bertanya pada Tuan
Bukankah jalan propinsi hanya berkapasitas 8 ton tetapi kenapa ada tronton yang bermuatan 45 ton ada di jalan ini
Bukan kah truk tronton ada jalur khusus dan jalannya sendiri
Bukankah kapasitas Muat truk tronton tak boleh melebihi batas box truk
Bukankah sang supir harus sudah cukup umur dan wajib memiliki surat izin mengemudi ( SIM )
Tetapi kenapa masih banyak anak kecil dan tak cukup umur yang tampak asik mengemudikan tronton sebesar itu
Tuan Presiden
Siapa kah yg sebenarnya bertanggung jawab atas persoalan ini
Guberner atau Bupati kah
Karena semuanya saling melempar tanggung jawab kalau di tanya soal jalan dan tambang
Mereka asik maen pingpong saling lempar persoalan hajat hidup masyarak banyak….
Kami cuma mampu berpikir dengan pikiran kira-kira
Mungkin Bupati dan Gubernurnya sdh terlalu banyak mengantogi upeti dari para bos dan cukong tambang…itu pikiran jelek atau polos kami sebagai masyarakat bawah lho Tuan Presiden
Oh iya tuan Tuan Presiden
Kabarnya lebih banyak tambang yang tak berizin dari pada yang berizin alias ilegal atau bahasa kerenya tambang gelap.???
Lho kok bisa…..
Tuan Presiden
Kapan ada waktu mari Blusukan ke Parungpanjang
Sekedar ngecek apakah anak buah anda bekerja dengan baik atau cuma omdo dan cuma numpang makan dan tidur dari uang tips para supir dan pengusaha tambang
Agar kami juga merasa masih sebagai warga negara
Jujur lho kami bangga menjadi masyarakat Indonesia
Yang sampai saat ini masih memegang teguh tradisi dan budayanya karena menurut mereka negeri ini masih berjuluk negeri sorga yang di lintasi garis khatulistiwa dan negeri subur makmur tentrem adem gemah ripah loh jinawi…
Trimakasih kami ucapkan tuan presiden
Semoga di apresiasi dan mampu melangkahkan kaki ke kampung kami
Wassalam
Parungpanjang
03. 06. 2018
STR (*)